Ferdi, Antara Bisnis dan Kuliahnya
Sudah sejak masih di pondok, Ferdi selalu bilang kalau dia mau bisnis, dan selalu bilang ke saya "bisnis roti yuk bund".
Bukan cuma Ferdi sih, suami pun sejak bertahun-tahun lalu selalu membujuk saya untuk terjun menekuni bisnis roti "nanti aku deh yang keliling ke toko-toko naruh dan ambil rotinya".
Suami selalu meyakinkan kalau roti yang biasa saya buat untuk cemilan atau sarapan anak-anak itu enak dan lembut.
"Roti buatan kamu itu enak, lembut"
"Iya, roti bunda tuh enak, lembut" Falda menambahkan.
Sementara saya ga pernah pede dengan bentuk rotinya 😅.
"Ah gapapa, namanya roti buatan manusia ya ga ada yang sempurna"
Tapi ya gitu, saya ga pernah mau, karena ngebayanginnya riweuh. Saya khawatir kehabisan waktu cuma buat proses baking, ga sempet masak buat sarapan, makan siang, makan malam, dan ngurusin kerjaan lain. Bikin adonannya mah cepet, tapi proofing dan proses membentuk-bentuk adonan yang lama.
Saya gak mau babak belur dan pontang panting ngerjain semuanya. Kalau pada mau konsisten bantu ngerjain sih enak, lha mereka kan punya kerjaan juga.
So, ketika Ferdi kembali melontarkan gagasan mau bisnis roti, saya masih tetap maju mundur. Sampai akhirnya suami bikin rapat keluarga buat menentukan apakah kami akan memulai bisnis roti atau tidak.
Hanya saya yang keberatan. "Boleh aja, tapi bunda ga ikut-ikut, cuma dukung aja, tapi semua kalian urus sendiri"
Setelah lulus pondok tahun lalu, Ferdi memang belum mau kuliah karena mau istirahat dan nyari-nyari pengalaman lain di luar sekolah. Sempet ikut kerja di travel biro Umroh Haji milik salah satu ustad, lalu kerja di perusahaan iklan ngurusin desain.
Selama 6 bulan lebih kerja dan mengumpulkan uang, Ferdi berniat resign dan merintis usahanya. Sempet saya suruh bisnis design, karena dia suka gambar dan senang desain, sempat wacana masuk DKV, dulu jaman di pondok jadi andalan urusan desain cover buku tahunan, tapi tetap maunya bisnis roti!
Tahun 2023 ini harusnya udah kuliah, tapi karena memang tekadnya mau bisnis, jadi segala urusan daftar beasiswa, ikut UTBK, dsb ga ada dalam kamusnya. Teman-teman seangkatannya sibuk kuliah dan mencoba kembali peruntungan ikut UTBK, Ferdi tetap kekeuh, sibuk mau bisnis. "Kalau mau kaya tuh jadi pengusaha bund, bukan pekerja"
Dia sibuk hunting mixer, hunting oven, hunting bahan baku, R&D resep, uji coba berbagai resep berkali-kali, bidik target market, berhitung-hitung harga jual dan keuntungan, dsb.
Croissant Cian Bakery salah satu andalan |
Ketika usahanya mulai jalan dan masih ada kelonggaran waktu, kembali saya tanya "Ferdi ga mau kuliah? Kalau memang serius mau usaha, coba ambil manajemen bisnis, biar bener pengelolaannya, coba dicari, kenapa ayah bunda berkali-kali bisnis ga pernah berkembang besar"
Akhirnya mau juga kuliah, cuma udah terlambat ikut UTBK dan ujian mandiri kampus negeri. Akhirnya hunting-hunting kampus swasta. Seperti paham kemampuan ekonomi orangtuanya, dia kayaknya cari kampus yang uang kuliahnya ekonomis 😅.
Saya tekankan, "Kuliah bukan sekedar nambah ilmu yang mungkin bisa didapat autodidak, tapi lebih ke koneksi, channel, menambah wawasan, pergaulan, membuka mindset dan mengembangkan pola pikir"
Semoga dengan ilmu dari kuliahnya nanti, bisnisnya makin lancar, pengelolaannya lebih benar, dan makin sukses. Do'akan ya man teman. Semoga kami juga dimampukan membiayai kuliahnya. Aamiin.
Walau secara bisnis Ferdi mungkin bisa membiayai kuliahnya, tapi sebagai orangtua, kami masih punya tanggung jawab membiayai sekolah anak-anak. Selagi mampu, InsyaAllah akan kami biayai.
Komentar
Posting Komentar
Terima kasih sudah berkunjung, jangan lupa tinggalkan komentar atau pertanyaan ya, biar lebih ikrib ðŸ¤